BIN | Ketua DPR RI Puan Maharani memfasilitasi suara-suara dari generasi muda yang menginginkan dunia menjadi lebih baik lewat gerakan nyata mengatasi perubahan iklim. Harapan kelompok pemuda yang fokus terhadap isu climate change ini disampaikan pada salah satu forum 144th Inter-Parliamentary Union (IPU) Assembly & Related Meetings di Bali.
Sebagai President of Assembly, Puan menjadi pemimpin Sidang Paripurna Majelis IPU ke-144.
“Pada Majelis IPU ke-144 ini, kita diharapkan dapat meneguhkan kembali tujuan IPU untuk memperkuat parlemen, untuk mempromosikan demokrasi, perdamaian, dan pembangunan berkelanjutan,” ujar Puan.
Hal tersebut disampaikan dalam First Plenary Sitting of the 144th Assembly of the Inter Parliamentary Union di Bali International Convention Centre (BICC) Nusa Dua, Bali, Senin (21/3/2022). Puan pun menyebut tujuan pembentukan IPU pada tahun 1889 untuk memperjuangkan perdamaian saat ini ternyata juga masih relevan.
“Kita harus melakukan diplomasi preventif untuk menghindari terjadinya perang dan konflik. Karenanya Majelis IPU ke-144 harus menjadi momentum bersama bagi Parlemen untuk berkontribusi menyelesaikan berbagai tantangan global,” ucapnya.
Puan pun mengatakan, IPU harus mendorong peningkatan partisipasi perempuan dan kalangan muda dalam pengambilan keputusan di berbagai badan publik. Termasuk dalam isu perubahan iklim yang menjadi tema dari IPU ke-144.
“Perempuan mencakup 80% dari displaced person yang terdampak dari perubahan iklim. Perempuan dan anak perempuan adalah yang paling rawan dalam situasi konflik,” kata Puan.
“Perubahan iklim merupakan krisis eksistensi planet bumi. Pemanasan bumi telah terjadi lebih cepat dari masa-masa sebelumnya,” lanjut perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.
Untuk mendengarkan aspirasi terkait isu perubahan iklim, Puan mengundang perwakilan dari generasi muda yang selama ini melakukan berbagai gerakan untuk menghentikan pemanasan global. Ia mengajak Melati Wijsen, pemimpin gerakan Youthtopia yang bertujuan memberdayakan anak-anak muda agar menjadi agen perubahan, berbicara di hadapan delegasi negara-negara IPU.
“Melati juga seorang penggagas dari Bye Bye Plastic Bags, sebuah organisasi yang menghimpun pemuda dari seluruh dunia yang berjuang menghentikan pemakaian kantong plastik,” tutur Puan.
“Melati kami hadirkan untuk mengingatkan tanggung jawab kita terhadap generasi muda dan generasi-generasi mendatang bahwa tugas kita adalah meninggalkan bumi yang lebih hijau, lebih sehat, dibandingkan dengan yang kita warisi dari para pendahulu,” sambungnya.
Berdiri di hadapan forum IPU, Melati yang tinggal di Bali sejak kecil menyatakan generasi muda sudah bosan dengan berbagai agenda penyelamatan bumi yang hanya sekadar kata-kata saja.
“Pemuda dari seluruh dunia, termasuk anggota parlemen yang hadir di sini, tahu perubahan iklim sudah ada. Dan kita tidak menunggu sampai tua untuk melakukan aksi,” ungkap Melati.
Melati mengaku sudah sejak usia 12 tahun mengkampanyekan penghentian polusi plastik dan melakukan berbagai gerakan. Ini ia lakukan berawal karena tidak ingin Bali yang indah tercemar oleh polusi plastik.
“Sekarang setelah hampir 10 tahun, hal itu sudah terealisasi. Kami mendengar kita harus take action, maka jangan lagi cuma berbicara. Kami tidak butuh lebih banyak lagi konferensi-konferensi,” tegasnya.
Melati mengungkap pemanasan global telah menyebabkan banyak bencana, seperti mencairnya es di kutub, hutan terbakar, dan masih banyak lagi. Perubahan iklim disebutnya dapat membuat manusia kehilangan tempat tinggal, munculnya penyakit baru, termasuk pandemi, jika tidak ada aksi nyata.
“Perubahan iklim sudah ada dan sedang terjadi. Ini kenyataan buat kita. Banyak pemuda di dunia punya visi, ide, untuk membangun agar dunia menjadi lebih baik. Tapi kami membutuhkan contoh,” sebut Melati.
Perempuan 21 tahun itu pun meminta agar pemimpin dunia, termasuk dari kalangan parlemen, memberikan kebijakan serius terkait masalah perubahan iklim.
“Kita pemuda di sini serius mengenai perubahan. Kita sudah siap. Bagaimana dengan kalian?” tantang Melati ke para anggota parlemen negara-negara dunia di forum IPU.
Setelah Melati, Puan juga mengundang Presiden Forum of Young Parliamentarians, Sahar Albazar dari Mesir, untuk menyampaikan aspirasi. Ia menyatakan juga berbicara sebagai perwakilan kaum muda dan generasi penerus.
Menurut Sahar, penggunaan emisi dan berbagai perilaku penyebab pemanasan global sudah ada sejak generasi muda saat ini lahir.
“Tapi kami yang akan merasakan dampaknya, kami yang akan memperbaiki kerusakqn-kerusakannya,” urai Sahar.
Para pemuda di dunia disebut tak merasa puas dengan kebijakan-kebijakan pemimpin dalam mengatasi perubahan iklim. Untuk itu, Sahar mengajak seluruh generasi muda di dunia melakukan aksi.
“What can we do? Kita melakukan aksi sesuai paris agreement dan untuk sampai sana kami membutuhkan partisipasi lebih banyak lagi dari kalangan muda. Termasuk di parlemen-parlemen dunia agar kita lebih banyak didengar dan bisa berbicara,” ujarnya.
Di forum ini, sebuah pesan video dari mantan Sekjen PBB, Ban Ki-moon turut disampaikan. Ban Ki-moon menjadi tokoh yang selalu mendorong tindakan nyata di semua tingkatan untuk menanggulangi perubahan iklim.
Selain itu, delegasi IPU diingatkan pada pesan dari Sekjen PBB saat ini, Antonio Guterres yang disampaikan dalam peluncuran laporan terbaru The Intergovernmental Panel on Climate Change, atau IPCC, sebagai badan keilmuan PBB untuk perubahan iklim.
Delegasi IPU juga mendapat pesan dari Ketua Parlemen Tuvalu, Samuelu Penitala Teo. Tuvalu merupakan salah satu negara pulau dan berkembang di kawasan Pasifik yang mengalami secara langsung efek yang sangat merugikan dari perubahan iklim.
Puan lalu mengingatkan forum IPU agar serius menanggapi aspirasi dan pesan-pesan yang telah disampaikan tersebut. Ia mengatakan, parlemen harus mampu memberi contoh melakukan aksi nyata penanggulangan perubahan iklim.
“Dan mari kita tunjukkan bahwa Parlemen dapat berkontribusi mewujudkan dunia yang lebih aman, adil, dan sejahtera,” tegas Puan.
Sementara itu, Sekjen IPU Martin Chungong menyatakan mempromosikan pemberdayaan pemuda menjadi salah satu agenda IPU. Para pemuda disebut harus diberi kesempatan untuk membawa perubahan pada dunia.
“Kita harus katakan yes untuk pemuda-pemuda di dalam parlemen,” kata Chungong.(Red)